7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Brand Saat Melakukan Experiential Marketing  - Watermark | PT. Sinematik Anak Bangsa
20159
post-template-default,single,single-post,postid-20159,single-format-standard,theme-bridge,bridge-core-3.0.1,woocommerce-no-js,qodef-qi--no-touch,qi-addons-for-elementor-1.5.5,qode-page-transition-enabled,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,columns-4,qode-theme-ver-28.6,qode-theme-bridge,wpb-js-composer js-comp-ver-6.7.0,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-457

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Brand Saat Melakukan Experiential Marketing 

7 Kesalahan yang Sering Dilakukan Brand Saat Melakukan Experiential Marketing 

Experiential marketing telah menjadi salah satu strategi paling efektif dalam dunia pemasaran modern. Melalui pengalaman yang interaktif dan mendalam, brand dapat menciptakan hubungan emosional yang lebih kuat dengan konsumennya. Namun, dalam penerapannya, banyak brand yang sering kali melakukan kesalahan-kesalahan fatal yang justru merugikan dan mempengaruhi keberhasilan kampanye. Khususnya mereka yang tidak memilih event organizer berpengalaman sebagai pihak penyelenggara.

Berikut adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh brand dalam menjalankan experiential marketing dan bagaimana menghindarinya.

1. Kurangnya Pemahaman Terhadap Audiens 

Salah satu kesalahan terbesar dalam experiential marketing adalah kurangnya pemahaman terhadap audiens. Banyak brand yang terjebak dalam menciptakan pengalaman yang menarik bagi mereka sendiri tanpa mempertimbangkan apakah pengalaman tersebut relevan dengan target pasar. 

Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi mungkin merasa bahwa instalasi teknologi canggih dalam event mereka akan menarik perhatian, namun jika target audiens mereka tidak familiar dengan teknologi tersebut atau merasa canggung menggunakannya, maka kampanye tersebut bisa jadi tidak efektif.

Menghadapi situasi ini beand harus melakukan riset yang mendalam mengenai audiensnya sebelum merancang kampanye experiential marketing. Pemahaman mendalam tentang demografi, psikografi, serta kebutuhan dan keinginan audiens akan membantu menciptakan pengalaman yang lebih relevan dan menarik bagi mereka.

2. Terlalu Fokus pada Gimmick 

Banyak brand terjebak dalam menciptakan gimmick yang mencolok atau viral tanpa mempertimbangkan relevansi dan dampak jangka panjangnya. Memang, elemen-elemen kejutan dan inovasi dalam experiential marketing penting untuk menarik perhatian. Namun, jika terlalu fokus pada hal-hal yang hanya terlihat “wah” tetapi tidak memberikan nilai tambah yang nyata, maka hasilnya akan menjadi kurang efektif.

Contoh, jika brand hanya berusaha menjadi viral dengan aksi-aksi sensasional tanpa ada koneksi yang kuat antara aksi tersebut dengan nilai atau pesan brand, konsumen akan lebih cepat melupakannya. Solusinya, pastikan bahwa setiap elemen kreatif atau inovatif dalam experiential marketing selalu mendukung tujuan yang lebih besar dari brand dan memiliki kaitan yang kuat dengan pesan yang ingin disampaikan. Pengalaman yang dihadirkan harus memperkuat brand dan memberikan kesan mendalam yang mampu bertahan lama di benak konsumen.

3. Tidak Memanfaatkan Teknologi Secara Efektif 

Teknologi dapat menjadi alat yang luar biasa dalam meningkatkan pengalaman konsumen, namun penggunaannya yang tidak tepat justru dapat menghambat kampanye experiential marketing. Misalnya, penggunaan VR (Virtual Reality) atau AR (Augmented Reality) yang tidak intuitif atau terlalu rumit malah akan membuat konsumen frustasi dan menghindari interaksi. Selain itu, banyak brand yang gagal dalam mengintegrasikan teknologi dengan mulus dalam kampanye mereka, sehingga teknologi tersebut malah terasa seperti elemen asing yang tidak relevan dengan keseluruhan pengalaman.

Gunakanlah teknologi sebagai alat pendukung, bukan sebagai pusat dari pengalaman. Teknologi harus memperkuat interaksi dan mempermudah konsumen dalam merasakan pengalaman yang diinginkan. Penggunaannya harus sederhana dan intuitif, sehingga semua orang, tidak peduli tingkat literasi teknologinya, dapat ikut serta dan merasakan manfaatnya.

4. Kurangnya Koordinasi Antar Tim Pelaksanaan

 Experiential marketing seringkali melibatkan banyak tim dari berbagai departemen, mulai dari pemasaran, kreatif, teknologi, hingga logistik. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah kurangnya koordinasi antar tim, yang menyebabkan ketidaksinkronan antara elemen-elemen kampanye.

Misalnya, tim kreatif mungkin memiliki visi yang berbeda dengan tim teknis, sehingga apa yang direncanakan tidak bisa diwujudkan secara efektif di lapangan. Hal ini dapat mengakibatkan pengalaman yang dihadirkan tidak konsisten atau malah berantakan. Pastikan ada komunikasi yang baik antara semua pihak yang terlibat dalam kampanye. Seluruh tim harus memahami visi dan tujuan utama kampanye serta bagaimana peran mereka berkontribusi terhadap kesuksesan kampanye tersebut. 

Jika merasa tak mampu menjalankan kampanye, sebaiknya minta bantuan pihak ketiga yakni event organizer. Mereka sudah terbiasa mengadakan berbagai kegiatan sehingga persoalan komunikasi tidak menjadi masalah besar. Watermark Indonesia bisa menjadi salah satu mitra bisnis Anda yang dapat diandalkan, baik untuk pengadaan acara offline maupun online, tentunya dengan dukungan teknologi mumpuni dan terbarukan.

5. Mengabaikan Umpan Balik dari Konsumen 

Kampanye experiential marketing tidak boleh berhenti pada saat acara berakhir. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan brand adalah tidak memanfaatkan umpan balik dari konsumen yang terlibat dalam pengalaman tersebut. Padahal, umpan balik konsumen dapat memberikan wawasan berharga mengenai apa yang berhasil dan apa yang tidak dalam kampanye tersebut.

Tidak mendengarkan umpan balik berarti brand kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri dan menciptakan pengalaman yang lebih baik di masa mendatang. Brand harus aktif mengumpulkan umpan balik dari konsumen melalui berbagai saluran, seperti survei, wawancara, atau media sosial. Gunakan data ini untuk melakukan evaluasi mendalam dan perbaikan di masa mendatang. Selain itu, konsumen juga akan merasa dihargai ketika brand menunjukkan bahwa mereka mendengarkan dan menanggapi masukan dari audiens.

6. Tidak Memiliki Call to Action yang Jelas 

Sebagus apapun pengalaman yang dihadirkan dalam experiential marketing, jika tidak diikuti dengan call to action (CTA) yang jelas, maka dampaknya akan kurang maksimal. CTA adalah elemen penting yang mengarahkan konsumen pada langkah berikutnya, entah itu untuk membeli produk, mendaftar layanan, atau membagikan pengalaman mereka di media sosial.Kesalahan yang sering dilakukan brand adalah terlalu fokus pada pengalaman itu sendiri dan lupa memberikan arahan yang jelas kepada konsumen mengenai apa yang harus mereka lakukan setelahnya.

Setiap experiential marketing campaign harus diakhiri dengan CTA yang kuat dan jelas. Pastikan konsumen tahu apa langkah selanjutnya yang harus mereka ambil, dan buatlah CTA tersebut menarik dan relevan dengan pengalaman yang baru saja mereka rasakan.

7. Melupakan Aspek Keberlanjutan 

Salah satu tantangan terbesar dalam experiential marketing adalah menciptakan dampak jangka panjang. Banyak brand hanya fokus pada acara tunggal atau kampanye jangka pendek tanpa mempertimbangkan bagaimana menjaga hubungan yang telah terjalin dengan konsumen. Akibatnya, momentum yang didapat dari kampanye tersebut cepat hilang dan tidak memberikan dampak yang berkelanjutan.

Rancanglah kampanye yang tidak hanya fokus pada momen tertentu, tetapi juga mempertimbangkan bagaimana menjaga keterlibatan konsumen setelah kampanye berakhir. Gunakan saluran digital untuk terus berinteraksi dengan audiens, dan buatlah program lanjutan yang memungkinkan konsumen terus merasa terhubung dengan brand.

 Experiential marketing adalah strategi yang sangat kuat untuk menciptakan hubungan emosional yang mendalam antara brand dan konsumen. Namun, tanpa perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat, kesalahan-kesalahan seperti kurang memahami audiens, fokus pada gimmick, hingga tidak memiliki CTA yang jelas, dapat menghambat kesuksesan kampanye. Brand yang mampu menghindari kesalahan-kesalahan ini dan merancang pengalaman yang relevan, inovatif, serta berkelanjutan akan memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan hati konsumen di era yang semakin kompetitif ini.

No Comments

Post A Comment

Connect to WTM Team
Need help? Chat with Us...
Start A Conversation.
Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp.